Sebelumnya sih gw kurang paham dengan istilah² itu tapi setelah "berlayar" di Paman Google, gw banyak dapet "bahan" buat menuliskan kembali.
Asal muasal istilah “Yahudi” sendiri diperselisihkan oleh para ahli. Ada yang mengatakan bahwa istilah “Yahudi” berasal dari kata “al-huud” dalam bahasa Arab, yang artinya “kembali”, seperti dalam QS Al-A’raf: 156, ketika Musa as berdoa kepada Allah SWT: “Dan tetapkanlah bagi kami di dunia ini kebaikan, demikian pula di akhirat. Sesungguhnya kami ‘kembali’ kepada-Mu.” Ada juga yang mengatakan, berasal dari kata “yatahawwada” dalam bahasa Arab, yang artinya “bergerak-gerak” dikarenakan mereka bergerak-gerak ketika membaca Taurat.
Ada pula yang mengatakan bahwa istilah “Yahudi” bukan berasal dari bahasa Arab, namun berasal dari kata non-Arab “Yahuda” yang merupakan nama salah seorang anak Nabi Ya’qub as. Ada pula yang mengatakan, berasal dari kata “Yahweh” yang berarti “Tuhan” atau “Yang Maha Maujud” dalam bahasa Ibrani. Dan ada pula yang mengatakan, berasal dari kata “Yahuda” yang merupakan nama salah satu dari dua kerajaan Bani Israil pasca Sulaiman as.
Sampai disini kita bisa menyimpulkan bahwa kita menggunakan istilah Bani Israil jika kita berbicara mengenai genealogi atau ras. Dan kita menggunakan istilah Yahudi jika berbicara mengenai agama.
Adapun istilah Ibrani (Hebrew) kita pakai jika kita berbicara mengenai kebudayaan, termasuk didalamnya bahasa. Mengenai asal muasal istilah Ibrani, ada yang mengatakan bahwa istilah ini berasal dari kata ‘abara yang berarti menyeberang. Kata ini dinisbatkan kepada Ibrahim as yang dalam Kitab Kejadian disebut sebagai Ibrahim Sang Ibrani yang bermakna Ibrahim Sang Penyeberang. Dikatakan demikian karena Ibrahim as telah menyeberangi Sungai Eufrat. Ini diperkuat dengan apa yang termaktub dalam Kitab Joshua: “Demikianlah Tuhan Israel berfirman tentang penyeberangan sungai itu, dimana leluhur kalian tinggal sejak dahulu kala, dari bapak Ibrahim dan bapak Nahur, menyembah tuhan-tuhan lain. Maka aku bawa Ibrahim menyeberangi sungai itu dan berjalan di tanah Kana’an (Palestina).” Pendeta Ishaq Salka berkata, “Nama Ibrani tidak muncul kecuali setelah Ibrahim as menyeberangi sungai Eufrat.”
Namun ada juga yang mengatakan bahwa istilah Ibrani dinisbatkan kepada Ibr bin Syam bin Nuh, kakek kelima Ibrahim as. Akan tetapi para ahli menganggap pendapat ini lemah.
Dengan demikian, pada dasarnya Zionisme tidak ada kaitannya dengan Yahudi. Hanya saja para pengusung Zionisme senantiasa menyandarkan paham dan gerakan ini pada ajaran-ajaran Yahudi, meski sebetulnya Zionisme adalah suatu paham dan gerakan politis dan rasial yang ekstrim. Bahkan peletak dasar Zionisme modern, Theodor Hertzl, bukanlah seorang Yahudi relijius. Ia adalah seorang sekuler, yang memanfaatkan sentimen keyahudian untuk menjustifikasi paham dan gerakan politiknya tersebut. Karena itu tidak mengherankan bahwa dalam perjalanannya ada sebagian Yahudi – meski belakangan hanya sebagian kecil – yang tidak setuju dengan Zionisme.
Sekarang, bagaimana dengan Israel? Dari definisi Zionisme diatas, jelas sekali bahwa Israel adalah cita-cita dan sekaligus hasil dari gerakan Zionisme. Israel adalah nama negara ilegal orang-orang Zionis yang didirikan diatas bumi Palestina. Sebetulnya orang-orang Zionis menamai negara tersebut Israel dengan maksud menyandarkan dan menisbatkannya pada Bani Israil (atau dalam Perjanjian Lama disebut sebagai “orang-orang Israel”). Mereka melakukan hal ini agar timbul kesan bahwa mereka adalah keturunan Bani Israil yang memiliki hak historis atas bumi Palestina. Padahal dalam kenyataannya mereka sama sekali bukanlah Bani Israil.
Bani Israil, Yahudi, Ibrani, Zionis dan Israel
Apakah
Anda pernah mendengar kelima kata dalam judul diatas? Jika pernah,
apakah Anda bisa benar-benar membedakan kelima kata tersebut? Jika Anda
belum bisa membedakannya, Anda tidak usah khawatir karena sekarang kita
akan membahas perbedaan tersebut.
Bani Israil terdiri dari kata: Bani dan Israil. Bani artinya
keturunan atau anak cucu, sedangkan Israil adalah nama lain (julukan)
Nabi Ya’qub AS (Arti Kata Bani Israil) , yang berasal dari dua kata: Isra yang berarti hamba atau
kekasih, dan El yang berarti Tuhan, sehingga Israil (Israel) berarti
hamba Tuhan atau kekasih Tuhan. Dengan demikian Bani Israil artinya
keturunan Nabi Ya’qub as. Sebagaimana diketahui, Nabi Ya’qub as memiliki
dua belas orang anak, salah satunya adalah Yusuf as. Jika Anda ingin
mengetahui nama-nama sebelas anak Nabi Ya’qub yang lainnya, Anda bisa
melihatnya di Perjanjian Lama. Singkat cerita, kedua belas anak Nabi
Ya’qub ini kemudian beranak pinak menjadi dua belas suku Bani Israil.
Istilah Bani Israil sendiri dalam Al-Qur’an hanya dipakai untuk
menyebut anak cucu Nabi Ya’qub ini, yang kemudian diperbudak oleh Firaun
di Mesir, dan kemudian dibawa oleh Nabi Musa as keluar dari Mesir
menyeberangi Laut Merah. Sepeninggal Musa as, Bani Israil terus hidup
dibawah bimbingan para nabi dan para hakim mereka. Hingga kemudian
mereka mengangkat para raja, semenjak Thalut kemudian Dawud kemudian
Sulaiman. Di masa Sulaiman ini Bani Israil mencapai puncak kejayaan
mereka. Namun kemudian kerajaan Sulaiman meredup (declining), pecah
menjadi dua, dan menjadi obyek penjajahan bangsa-bangsa asing. Kepada
Bani Israil ini telah diutus sekian banyak nabi dari kalangan mereka
sendiri, tetapi diceritakan dalam Al-Qur’an bahwa Bani Israil justru
membunuh banyak diantara nabi-nabi tersebut.
Sebutan Bani Israil
terakhir kali digunakan pada zaman Nabi Isa as, dimana ketika itu Bani
Israil tidak mau menerima kenabian Isa AS.
Pada masa-masa tersebut diatas itulah sebutan Bani Israil digunakan.
Pada masa-masa kemudian, Al-Qur’an tidak lagi menggunakan sebutan Bani
Israil. Yang ada adalah sebutan Yahudi. Kelihatannya Al-Qur’an baru
menggunakan istilah Yahudi untuk menyebut orang-orang yang menganut
ajaran Yahudi, yaitu ajaran Musa as yang telah diubah dan diselewengkan.
Seperti halnya orang-orang Yahudi di masa Rasulullah saw tidak lagi
disebut oleh Al-Qur’an sebagai Bani Israil, tetapi Yahudi.
Sejumlah besar dari Bani Israil memang suka membangkang perintah
Allah, tetapi masih ada sebagian kecil diantara mereka yang taat. Adapun
Yahudi hidup pada zaman belakangan, dimana kitab suci mereka sudah
tidak lagi bisa dijamin keasliannya. Yahudi adalah penganut agama yang
menyimpang, ajaran Musa as yang telah diubah dan diselewengkan, yang
akan terus eksis hingga hari kiamat.
Dan maha benar Allah. Ternyata memang terbukti bahwa saat ini tidak
ada satupun kaum yang bisa dijamin secara genetik sebagai keturunan Nabi
Ya’qub as. Penjelasannya ada disini. Karena itu tepatlah bahwa yang ada
saat ini hanyalah orang-orang Yahudi, bukan Bani Israil. Orang-orang
Yahudi dengan demikian adalah setiap orang yang menganut agama Yahudi,
tidak peduli dia itu masih memiliki garis keturunan Bani Israil ataupun
bukan.
Asal muasal istilah “Yahudi” sendiri diperselisihkan oleh para ahli. Ada yang mengatakan bahwa istilah “Yahudi” berasal dari kata “al-huud” dalam bahasa Arab, yang artinya “kembali”, seperti dalam QS Al-A’raf: 156, ketika Musa as berdoa kepada Allah SWT: “Dan tetapkanlah bagi kami di dunia ini kebaikan, demikian pula di akhirat. Sesungguhnya kami ‘kembali’ kepada-Mu.” Ada juga yang mengatakan, berasal dari kata “yatahawwada” dalam bahasa Arab, yang artinya “bergerak-gerak” dikarenakan mereka bergerak-gerak ketika membaca Taurat.
Ada pula yang mengatakan bahwa istilah “Yahudi” bukan berasal dari bahasa Arab, namun berasal dari kata non-Arab “Yahuda” yang merupakan nama salah seorang anak Nabi Ya’qub as. Ada pula yang mengatakan, berasal dari kata “Yahweh” yang berarti “Tuhan” atau “Yang Maha Maujud” dalam bahasa Ibrani. Dan ada pula yang mengatakan, berasal dari kata “Yahuda” yang merupakan nama salah satu dari dua kerajaan Bani Israil pasca Sulaiman as.
Sampai disini kita bisa menyimpulkan bahwa kita menggunakan istilah Bani Israil jika kita berbicara mengenai genealogi atau ras. Dan kita menggunakan istilah Yahudi jika berbicara mengenai agama.
Adapun istilah Ibrani (Hebrew) kita pakai jika kita berbicara mengenai kebudayaan, termasuk didalamnya bahasa. Mengenai asal muasal istilah Ibrani, ada yang mengatakan bahwa istilah ini berasal dari kata ‘abara yang berarti menyeberang. Kata ini dinisbatkan kepada Ibrahim as yang dalam Kitab Kejadian disebut sebagai Ibrahim Sang Ibrani yang bermakna Ibrahim Sang Penyeberang. Dikatakan demikian karena Ibrahim as telah menyeberangi Sungai Eufrat. Ini diperkuat dengan apa yang termaktub dalam Kitab Joshua: “Demikianlah Tuhan Israel berfirman tentang penyeberangan sungai itu, dimana leluhur kalian tinggal sejak dahulu kala, dari bapak Ibrahim dan bapak Nahur, menyembah tuhan-tuhan lain. Maka aku bawa Ibrahim menyeberangi sungai itu dan berjalan di tanah Kana’an (Palestina).” Pendeta Ishaq Salka berkata, “Nama Ibrani tidak muncul kecuali setelah Ibrahim as menyeberangi sungai Eufrat.”
Namun ada juga yang mengatakan bahwa istilah Ibrani dinisbatkan kepada Ibr bin Syam bin Nuh, kakek kelima Ibrahim as. Akan tetapi para ahli menganggap pendapat ini lemah.
Apapun itu, yang jelas dalam perkembangannya istilah Ibrani biasanya
hanya dipakai dalam konteks kebudayaan. Karena itu, ada ‘kebudayaan
Ibrani’, ‘bahasa Ibrani’, dan sebagainya.
Sedangkan Zionis adalah penganut paham dan gerakan Zionisme. Dari
sisi bahasa, Zionisme berasal dari kata Zion, yaitu nama bukit di
kawasan Jerusalem (Al-Quds), yang terkadang dipakai pula untuk menamai
dataran tinggi dimana kota Jerusalem berdiri. Dari sisi peristilahan,
secara singkat bisa dikatakan bahwa
Zionisme adalah suatu paham dan gerakan yang bersifat politis, rasial, dan ekstrim, yang bertujuan untuk menegakkan Negara Khusus bagi Bangsa Yahudi di Palestina, dan melihat hal tersebut sebagai solusi bagi permasalahan-permasalahan orang Yahudi.Arti Zionisme
Zionisme adalah suatu paham dan gerakan yang bersifat politis, rasial, dan ekstrim, yang bertujuan untuk menegakkan Negara Khusus bagi Bangsa Yahudi di Palestina, dan melihat hal tersebut sebagai solusi bagi permasalahan-permasalahan orang Yahudi.Arti Zionisme
Dengan demikian, pada dasarnya Zionisme tidak ada kaitannya dengan Yahudi. Hanya saja para pengusung Zionisme senantiasa menyandarkan paham dan gerakan ini pada ajaran-ajaran Yahudi, meski sebetulnya Zionisme adalah suatu paham dan gerakan politis dan rasial yang ekstrim. Bahkan peletak dasar Zionisme modern, Theodor Hertzl, bukanlah seorang Yahudi relijius. Ia adalah seorang sekuler, yang memanfaatkan sentimen keyahudian untuk menjustifikasi paham dan gerakan politiknya tersebut. Karena itu tidak mengherankan bahwa dalam perjalanannya ada sebagian Yahudi – meski belakangan hanya sebagian kecil – yang tidak setuju dengan Zionisme.
Sekarang, bagaimana dengan Israel? Dari definisi Zionisme diatas, jelas sekali bahwa Israel adalah cita-cita dan sekaligus hasil dari gerakan Zionisme. Israel adalah nama negara ilegal orang-orang Zionis yang didirikan diatas bumi Palestina. Sebetulnya orang-orang Zionis menamai negara tersebut Israel dengan maksud menyandarkan dan menisbatkannya pada Bani Israil (atau dalam Perjanjian Lama disebut sebagai “orang-orang Israel”). Mereka melakukan hal ini agar timbul kesan bahwa mereka adalah keturunan Bani Israil yang memiliki hak historis atas bumi Palestina. Padahal dalam kenyataannya mereka sama sekali bukanlah Bani Israil.
Dengan demikian, penyebutan dan penggunaan kata Israel adalah dalam
konteks politik. Yakni untuk menyebut nama negara ilegal yang didirikan
oleh kaum Zionis itu, bukan dengan maksud untuk menisbatkannya pada Nabi
Ya’qub ataupun Bani Israil.
Nah, sekarang sudah jelas kan perbedaan diantara kelima kata diatas. Semoga ini bermanfaat dan kita tidak lagi dibuat bingung.
Sumber
- Google dot Com
- 25 Nama Yahudi, Bani Israel dan asal usul mereka
- Bani Israil, Yahudi, Ibrani, Zionis dan Israel
- Islamiq Quest dot Net
- Wikipedia Indonesia dot org
Sumber
- Google dot Com
- 25 Nama Yahudi, Bani Israel dan asal usul mereka
- Bani Israil, Yahudi, Ibrani, Zionis dan Israel
- Islamiq Quest dot Net
- Wikipedia Indonesia dot org